Berawal dari sebuah kesederhanaan
Pada tahun 2002 beruang madu dijadikan maskot Balikpapan. Ketertarikan dan perhatian media lokal pada beruang madu telah dirangsang dengan sebuah proyek penelitian pada beruang madu dan program konservasi hutan yang berfokus di Hutan Lindung Sungai Wain, dimulai pada tahun 1997 oleh Gabriella Fredriksson.
Mengikuti diangkatnya beruang madu sebagai maskot kota Balikpapan, beberapa ekor beruang madu disita dari kepemilikan pribadi. Beruang madu ini ditempatkan dalam kerangkeng besi di km 23 lokasi Agrowisata.
Pada Tahun 2003, Walikota Balikpapan, Imdaad Hamid telah meminta saran dan dukungan pengembangan lokasi ini dalam hal untuk menghadirkan pendidikan lingkungan hidup. Diperlukan selama dua tahun untuk membuat perencanaan, melobi pemerintahan lokal, dan memantapkan dukungan jangka panjang dari berbagai pihak.
Pada bulan Februari 2005, pembangunan fisik kawasan dimulai dengan membangun enklosur beruang madu. Pada Agustus 2005, manajemen dan pengembangan fasilitas secara resmi ditangani oleh Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain (BP-HLSW). BP-HLSW adalah terdiri dari berbagai pemangku kepentingan non pemerintahan, organisasi nirlaba, organisasi manajemen kehutanan, yang pertama kali didirikan di wilayah tersebut. Saat ini, BP-HLSW terdiri dari tiga cabang pengelolaan, yaitu untuk Hutan Lindung Sungai Wain (UP-HLSW) dan untuk pengelolaan fasilitas pendidikan (Up-KWPLH), dan untuk pengelolaan kebun raya yang baru saja terbentuk.